Langsung ke konten utama

INGIN KU MULAI LAGI!

assalamu'allaikum warrahmatullahi wabarakaatuuh

nampaknya ini adalah posting-an pertamaku di tahun 2023. dan aku sangat yakin 100% bahwa tidak akan ada lagi yang membaca selain aku sendiri. tapi ga masalah, karena peruntukkan blog ini bisa saja beralih menjadi buku diary online untukku pribadi.

sudah jarak lebih dari satu tahun banget dari postingan terakhir di tahun 2022. menandakan bahwa aku sudah kurang banget peduli dengan blog ini, kurang semangat dalam menulis, dan juga terlalu sibuk. padahal, ya, kalo dirasa-rasa, bisa aja, sih, aku membagi waktu sambil nulis, baca, dan isi kegiatan lain yang lebih bermanfaat daripada scrolling hape terus.

sekarang, tuh, rasanya sangat sulit membangun semangat untuk memulai sesuatu dan konsisten terhadapnya. misalnya di case aku adalah kesulitan mengubah pola gaya hidup yang cenderung kurang produktif. diet pengen diet tapi magernya luar biasa.

sampai akhirnya, detik ini, aku putuskan untuk sekali lagi dari sekian kalinya juga udah untuk memulai konsisten terhadap sesuatu. dan konteks kekonsistenan yang akan aku bangun adalah diet dan menulis. dan sebagai bentuk semangat untuk merealisasikannya adalah aku akan mendeklarasikan sesuatu:

hari ini, 08 Oktober 2023 pukul 8.12 WIB, saya, Isma Fawzeya Rosida, 25 tahun 5 bulan, tinggi 152 cm, dan dengan berat 83 kg, akan memulai gaya hidup baru dan BERJANJI akan menurunkan berat badan saya di angka minimal 60 kg di hari ulang tahun saya yang ke-26 tahun depan, tanggal 10 Mei 2024.

dan, saya BERJANJI, akan menghasilkan karya tulis dalam bentuk cerita panjang sebanyak minimal 1, yang akan diselesaikan pada hari yang bersamaan dengan di atas.

sekian dan terima kasih.


tertanda,


Isma Fawzeya Rosida

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MA STORY : BRENGSEL - SECUIL SEJARAH PENGINGGALAN KOLONIAL BELANDA DI KOTA SAMPIT

assalamuallaikum warrahmatullahi wabarakaatuuh... selamat pagi, readers sekalian! jumpa lagi di halaman blog ini dengan posting -an baru. setelah posting -an sebelumnya aku nge- review salahsatu film yang baru-baru aja aku tonton, Believer , sekarang aku mau cerita sedikit, nih, tentang salah satu peninggalan sejarah dari zaman kolonial Belanda di kota Sampit. Brengsel. memasuki semester dengan kelas desain berada pada puncaknya, menuntunku untuk lebih serius mendalami isu dari lingkungan yang akan kudesain kedepannya. tidak perlu lama mencari, aku tiba-tiba teringat dengan eks Brengsel yang pernah kudatangi saat matakuliah Sejarah dan Teori Arsitekur. hingga akhirnya, aku memutuskan pulang lagi ke rumah untuk mendapatkan informasi-informasi lebih lanjut mengenai tapak yang kupilih. sejujurnya, aku tidak akan pernah tau kalau ada sisa peninggalan berupa bangunan dari zaman kolonial Belanda di kota Sampit, kalo aja aku tidak masuk kuliah arsitektur di UB. dan, aku yak...

Writing Challenge: A Special Toy Growing Up

Walaupun di beberapa posting -an sebelumnya aku selalu bilang berat menjadi anak pertama di keluarga, tapi aku tetap merasa sangat beruntung berada di dalamnya. Terutama karena almh. Mamah dan juga keluarga dari pihak mamah yang selalu menghujaniku dengan rasa kasih sayang yang luar biasa, bahkan sampai dengan sekarang.   Aku ingat cukup banyak mainan yang kupunya, seperti puzzle , mainan balok KW-annya Lego, Boneka Barbie ,  dan masih banyak lagi. Dari yang dibeli murahan di pedagang mainan asongan, di toko mainan, sampai dengan sebagai oleh-oleh dari luar kota. Masih sangat melekat diingatan waktu itu aku diajak oleh salah satu kaka sepupuku pergi ke town plaza untuk membeli mainan. Usiaku saat itu mungkin masih 4 - 5 tahun. Disitu diajaknya aku memilih mainan sendiri dan pilihan hatiku jatuh pada set mainan peraga masak-masakan. Sampai saat ini aku ingat persis warna panci mainan itu yang berwarna biru tua dilengkapi dengan stiker bergambar makanan berkuah yang banyak wort...

Writing Challenge: Reflect on a Painful Childhood Experience

Aku pernah nyaris menghilangkan nyawaku sendiri... Aku tidak sama sekali ingin menyembunyikan fakta pahit itu. Akan kuberikan sebagai pelajaran bagiku sendiri di kemudian hari. Bahwa menjadi yang pertama adalah bukan segalanya. Kembali lagi pada kenyataan yang sudah kuungkapkan di posting- an sebelumnya, bahwa menjadi anak pertama memang sesulit itu. Banyak tekanan dan banyak tuntutan. Aku yakin semua anak se-Asia merasakan hal yang sama denganku. Dulu, saat aku sangat dituntut untuk selalu mendapatkan peringkat I di sekolah. Aku selalu dituntut untuk belajar yang giat. Sangat wajar sebenarnya. Aku tetap diberi kesempatan untuk main, kok. Tapi, aku diberikan waktu yang ekstra oleh orang tuaku untuk mengenyam ilmu lagi di luar sekolah alias les.   Bahkan saat aku duduk di bangku Taman Kanak - Kanak sudah diberikan bimbingan belajar oleh orang tuaku di tempat tetangga yang kebetulan juga merupakan guru TK (bukan guru TK-ku tapi) selama dua tahun sampai dengan aku duduk di kelas I SD....