Langsung ke konten utama

Postingan

Writing Challenge: A Special Toy Growing Up

Walaupun di beberapa posting -an sebelumnya aku selalu bilang berat menjadi anak pertama di keluarga, tapi aku tetap merasa sangat beruntung berada di dalamnya. Terutama karena almh. Mamah dan juga keluarga dari pihak mamah yang selalu menghujaniku dengan rasa kasih sayang yang luar biasa, bahkan sampai dengan sekarang.   Aku ingat cukup banyak mainan yang kupunya, seperti puzzle , mainan balok KW-annya Lego, Boneka Barbie ,  dan masih banyak lagi. Dari yang dibeli murahan di pedagang mainan asongan, di toko mainan, sampai dengan sebagai oleh-oleh dari luar kota. Masih sangat melekat diingatan waktu itu aku diajak oleh salah satu kaka sepupuku pergi ke town plaza untuk membeli mainan. Usiaku saat itu mungkin masih 4 - 5 tahun. Disitu diajaknya aku memilih mainan sendiri dan pilihan hatiku jatuh pada set mainan peraga masak-masakan. Sampai saat ini aku ingat persis warna panci mainan itu yang berwarna biru tua dilengkapi dengan stiker bergambar makanan berkuah yang banyak wortelnya. Ta
Postingan terbaru

Writing Challenge: My Favorite Subjects in School

Tidak terlepas dari posting -an sebelumnya, saat aku masih kecil, ya, mungkin sampai saat ini juga, aku sangat suka belajar. Walaupun sekarang makna belajarnya sudah cukup bergeser dari yang membaca buku pelajaran, mengerjakan soal (terkadang kalau benar-benar jenuh, aku akan melakukannya), menghafal rumus matematika, membuktikan rumus fisika, menjadi cukup belajar dengan membaca artikel atau jurnal, belajar ilmu baru yang lebih spesifik, atau membedah isi buku atau artikel online .  Kalau ditanya "Apa mata pelajaran favorit?", jawabannya macam-macam. Setiap tingkatan sekolah beda-beda seleranya. Misalnya waktu SD, kayaknya aku hampir suka semuanya kecuali IPA, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Seni Budaya dan Keterampilan (SBK), Bahasa Indonesia, dan Bahasa Daerah (Dayak). Mata pelajaran favoritku sepertinya IPS dan Penjaskes, deh. Aku ingat banget, setiap ada pelajaran IPS, aku selalu membawa barang-barang yang sebenarnya ga terlalu penting seperti Atlas, Pet

Writing Challenge: Reflect on a Painful Childhood Experience

Aku pernah nyaris menghilangkan nyawaku sendiri... Aku tidak sama sekali ingin menyembunyikan fakta pahit itu. Akan kuberikan sebagai pelajaran bagiku sendiri di kemudian hari. Bahwa menjadi yang pertama adalah bukan segalanya. Kembali lagi pada kenyataan yang sudah kuungkapkan di posting- an sebelumnya, bahwa menjadi anak pertama memang sesulit itu. Banyak tekanan dan banyak tuntutan. Aku yakin semua anak se-Asia merasakan hal yang sama denganku. Dulu, saat aku sangat dituntut untuk selalu mendapatkan peringkat I di sekolah. Aku selalu dituntut untuk belajar yang giat. Sangat wajar sebenarnya. Aku tetap diberi kesempatan untuk main, kok. Tapi, aku diberikan waktu yang ekstra oleh orang tuaku untuk mengenyam ilmu lagi di luar sekolah alias les.   Bahkan saat aku duduk di bangku Taman Kanak - Kanak sudah diberikan bimbingan belajar oleh orang tuaku di tempat tetangga yang kebetulan juga merupakan guru TK (bukan guru TK-ku tapi) selama dua tahun sampai dengan aku duduk di kelas I SD. Sel

Writing Challenge: A Letter to My Younger Self

Hai, Ima Isma Fawzeya Rosida Nama yang sebenarnya sampai sekarang aku sendiri jujur tidak begitu suka. Kenapa harus memulai nama dengan huruf vokal? Huruf "I" pula! Tapi apalah yang harus disesalkan? Bukan aku juga yang memilih. Pada saat aku menuliskan ini untukmu, usia kita adalah 26 tahun! Wah, bagaimana, ya, kamu mendeskripsikan dan memvisualisasikan perempuan berusia 26 tahun kala itu? Coba nanti kasih tau aku, ya! Hai, gadis kecil berambut ikal Aku selalu suka rambut itu. Mamah juga suka rambut itu. Kita pernah sekali melakukan smoothing rambut dan itu menjadi salah satu penyesalan kita seumur hidup! Oh, iya, saat dewasa, rambut kita hampir selalu pendek. Aku sendiri tidak begitu tahan dengan rambut yang terlalu panjang, tidak seperti kamu yang mungkin menyukainya. Tapi kamu sebenarnya sadar, kan, kalau rambutmu itu susah disisir kalau panjang? But, it suits you the most and now the short one suits me the most. so, we need to respect each other decision, right? Hai, s

Writing Challenge: My Favorite Childhood Memory

kalau ditanya "apa ingatan masa kecil yang paling kamu suka?", jawabanku "terlalu banyak". karena yang aku ingat dari masa kecilku adalah aku anak yang ceria dan mudah bergaul (tidak seperti sekarang😂). mungkin aku akan menceritakan lebih dari dua ingatanku di masa kecil. saat kecil, aku dan teman-teman suka sekali menyeburkan diri ke kolam ikan milik tetangga. terlebih saat ketika hujan tiba. ga jarang kami dimarahi oleh si empunya rumah karena terkadang saking banyaknya jumlah kami, suasana rumah beliau jadi sangat berisik dan mengganggu ketenangan. salah satu kenangan yang paling seru menurutku adalah ketika kami main petak umpet. dari sekolah sudah janji untuk ngumpul di satu gang yang biasa jadi langganan tempat bermain. entah aku lupa juga alasannya kenapa pada akhirnya kami lebih sering main di gang itu. hampir setiap hari kami main petak umpet tanpa ada rasa bosan. setiap hari ada aja peraturan yang ditambah-tambah untuk menambah keseruan bermain. waktu mai

Writing Challenge: Inner Child Healing

sesaat memasuki ruanganku pagi ini di kantor, lagu Linkin Park sudah menggema dari salah satu komputer di ruangan kerjaku. di hadapan monitor itu ada rekan kerjaku yang sudah memutarnya sedari pertama komputer itu menyala. nostalgia masa-masa aku di warnet pas sekolah , katanya.   akhir-akhir ini di kantor sedang terjebak nostalgia. bersama beberapa rekan kerja yang usianya tidak begitu jauh dariku, kami saling melemparkan cerita kami masing-masing di masa lalu. beberapa di antaranya aku merasa masih nyambung , beberapa yang lain aku merasa kayaknya dulu aku ga begitu, dah . percakapan seru itu pada akhirnya membawaku ke kenangan dan memori masa kecil-ku. masa kecilku sebenarnya sangat biasa saja menurutku, tidak begitu banyak yang istimewa. aku menjalani hidup sebagaimana anak usiaku seharusnya. paling-paling ditambah tekanan dari orang tua doang.   maka dari itu, aku akan mulai menulis tentang apa saja yang kuingat saat ku kecil, bermodalkan journal prompt yang kudapatkan dari pinte

I FAILED MYSELF!

posting- an pertama di tahun 2024 berisikan tentang aku telah gagal atas semua ambisi, resolusi, yang sudah ingin ku wujudkan dari tahun lalu. ternyata berjanji pada diri sendiri itu sangat sulit- entah kepribadianku yang sangat mudah terdistraksi, jadi ketika sudah serius dalam sebuah aktivitas, maka sekali berada dalam gangguan, aku akan kehilangan konsentrasi dan tujuanku. ternyata aku sudah tidak bisa multi-tasking lagi . dari ambisi menyelesaikan sebuah karya tulis panjang, sampai dengan ambisi untuk menurunkan berat badan. ah, yang satu terakhir ini memang sulit . hanya saja, akhir-akhir ini aku mulai tersadarkan sesuatu; bahwa aku cukup 'hilang arah'. dari tujuan hidup, keinginan yang mendalam, keseriusan dalam menjalani hari. tertekan? tidak juga. tidak tertekan? tidak mungkin. ada perasaan yang menjanggal akhir-akhir ini. terkadang seperti rasanya ada percakapan di dalam kepala saat sedang mengendarai mobil: "bagaimana kalau aku tiba-tiba membantingkan stir ini