Langsung ke konten utama

Writing Challenge: Reflect on a Painful Childhood Experience

Aku pernah nyaris menghilangkan nyawaku sendiri...

Aku tidak sama sekali ingin menyembunyikan fakta pahit itu. Akan kuberikan sebagai pelajaran bagiku sendiri di kemudian hari. Bahwa menjadi yang pertama adalah bukan segalanya.

Kembali lagi pada kenyataan yang sudah kuungkapkan di posting-an sebelumnya, bahwa menjadi anak pertama memang sesulit itu. Banyak tekanan dan banyak tuntutan. Aku yakin semua anak se-Asia merasakan hal yang sama denganku.

Dulu, saat aku sangat dituntut untuk selalu mendapatkan peringkat I di sekolah. Aku selalu dituntut untuk belajar yang giat. Sangat wajar sebenarnya. Aku tetap diberi kesempatan untuk main, kok. Tapi, aku diberikan waktu yang ekstra oleh orang tuaku untuk mengenyam ilmu lagi di luar sekolah alias les.
 
Bahkan saat aku duduk di bangku Taman Kanak - Kanak sudah diberikan bimbingan belajar oleh orang tuaku di tempat tetangga yang kebetulan juga merupakan guru TK (bukan guru TK-ku tapi) selama dua tahun sampai dengan aku duduk di kelas I SD. Selanjutnya, setelah aku selesai bimbel dengan ibu tersebut, aku diberikan bimbingan setiap malam minggu-nya khusus mata pelajaran Bahasa Inggris. diajarkan oleh suami dari ibu tadi sampai dengan kelas V SD.

Sudah diberikan fasilitas (?) sebanyak itu harapannya bisa selalu dapat peringkat I, kan? Benar. Aku hampir selalu duduk di peringkat I sampai dengan akhirnya di kelas IV SD, di kedua semester, aku hanya berhasil mencapai peringkat II. Stres? Iya. Takut dimarahi? Pasti. Papah sangat keras dan Mamah sangat tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Perasaan yang bercampur aduk berkecamuk di dalam pikiran dan hati, hingga akhirnya aku buntu. Tidak bisa berpikir secara waras. Anak berusia 10 tahun itu pada akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya saja. Walaupun pada akhirnya tidak jadi, karena ada dua orang sahabat yang berhasil menahannya. Setelah peristiwa itu, orang tua sudah tidak begitu strict lagi. Setidaknya mereka tidak menuntut untuk selalu menjadi peringkat I.

.........

Dari pengalaman pahit ini, akhirnya aku sendiri banyak belajar: 1) Kamu tidak perlu selalu menjadi yang paling baik. Cukup sampai dengan kamu bisa dan memahami. Sejatinya sangat mudah untuk menang dengan menghafal, tapi sangat sulit menang tapi karena kamu memang paham; 2) Jangan terlalu menuntut. Proses untuk bisa memahami jauh lebih panjang dan lama proses itu di setiap orang belum tentu sama. Nikmati saja langkahnya; Dan yang paling penting, 3) Hargai hidupmu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MA HANDMADE : LAMPION BENANG

assalamualaikum warrahmatullahi wabarakaatuuh... balik lagi cintaahhhh... barusan aja, nih, gue buka-buka file foto di lappy gue dan menemukan file  foto hasil kreativitas gue (walaupun sebenernya ga kreatif-kreatif amat ._.). disana gue nemuin foto lampion dari benang yang sempat gue jadiin usaha kecil-kecilan. buat kado ulang tahun, buat pajangan. macam-macam dah =D jadi, gue disini pengen berbagi sedikit cara bikin lampion benang, walaupun sebenernya di google  juga banyak. cekidot dahhhh.... PERHATIAN!!! untuk anak usia kurang dari 13 tahun atau belum paham betul tentang instalasi atau merakit perangkat elektrik/listrik, DIHARUSKAN  berada dibawah pengamanan dan pengawasan orang tua atau orang berpengalaman/ahli dalam bidang elektrik (?)/   LAMPION BENANG made by Ismafr (KGIS) Alat & Bahan : 1 buah balon, tiup hingga diameter kurang lebih 13 cm 2-3 benang jahit (warna sesuai selera. pada gambar, gue pake warna pink ) lem kay...

INGIN KU MULAI LAGI!

assalamu'allaikum warrahmatullahi wabarakaatuuh nampaknya ini adalah posting -an pertamaku di tahun 2023. dan aku sangat yakin 100% bahwa tidak akan ada lagi yang membaca selain aku sendiri. tapi ga masalah, karena peruntukkan blog ini bisa saja beralih menjadi buku diary online untukku pribadi. sudah jarak lebih dari satu tahun banget dari postingan terakhir di tahun 2022. menandakan bahwa aku sudah kurang banget peduli dengan blog ini, kurang semangat dalam menulis, dan juga terlalu sibuk. padahal, ya, kalo dirasa-rasa, bisa aja, sih, aku membagi waktu sambil nulis, baca, dan isi kegiatan lain yang lebih bermanfaat daripada scrolling hape terus. sekarang, tuh, rasanya sangat sulit membangun semangat untuk memulai sesuatu dan konsisten terhadapnya. misalnya di case aku adalah kesulitan mengubah pola gaya hidup yang cenderung kurang produktif. diet pengen diet tapi magernya luar biasa. sampai akhirnya, detik ini, aku putuskan untuk sekali lagi dari sekian kalinya juga udah untuk...

MENULIS CERITA DISINI

aku akan memulai menulis di sini. mungkin menulis sebuah karya di blogger bukanlah sebuah hal yang se istimewa dulu. tapi begitulah aku, mencari sesuatu yang berbeda dengan kebanyakan hal yang dilakukan orang lain. aku akan memulai menulis di sini. membiasakan jari-jemari ini untuk kembali mengetik kata demi kata yang dapat dirangkai menjadi satu cerita yang biasa ku lakukan pada saat aku sekolah. ceritanya sendiri belum tergambar sepenuhnya di dalam pikiranku. mungkin dengan menulisnya secara bagian per bagian di dalam blog akan sedikit membantu untuk memacu semangat untuk terus melanjutkan skenarionya. salah satu judulnya mungkin: INGIN PUNYA CERITA SEPERTI ORANG-ORANG