Langsung ke konten utama

MA STORY : HORROR TIME - "DIA" BICARA DARI KAMAR NOMOR 204

assalamuallaikum warrahmatullahi wabarakatuuh

balik lagi, gengs. kali ini aku sedikit berbagi dengan pengalaman hororku. aku pernah ada di masa 'kelam', masa-masa hal-hal buruk atau lebih dispesifikan lagi menjadi menyeramkan. entah kenapa, mungkin saat itu adalah saat-saat dimana aku kurang ilmu agama kali, ya 😂

oke, kembali ke pembahasan. kali ini aku bakalan share ke kalian salah satu pengalaman horor yang pernah terjadi denganku, sebenernya ga cuman aku, tapi dua orang temanku yang lain. pengalaman ini cukup berkesan bagiku, karena aku/kami bisa mendengar "dia" berbicara.

kalo kalian iseng ngebaca postinganku yang 'Perjalanan Jadi (Unknown) Singer Part. 2, aku disitu ada nyinggung sedikit soal pengalaman hororku ini, yang terjadi waktu aku ikut salah satu lomba vocal group tingkat provinsi, Festival Seni Budaya SMA. Festival dua tahunan itu, saat itu tahun 2014, diadain di Kabupaten Kapuas. untuk kontingen kabupatenku ditempatkan di satu hotel yang ga jauh dari Taman Daun, sebut aja Hotel W.M.

......

singkat cerita, lomba yang kami ikutin berakhir setelah jam 10 malam, dan kami langsung balik ke hotel setelah acara selesai. entah siapa yang memberi saran, setelah sampe ke hotel dan bersih-bersih make up, kami bareng-bareng pengen jalan dari hotel ke Taman Daun.

teamku itu terdiri dari 3 orang cowok, 4 orang cewek, dan 1 orang pelatih cowok. karena pada harus ngehapus make up, keempat cewek (termasuk aku) rada lama siap-siap, jadi para cowok semuanya turun ke lobby, ninggalin cewek-cewek di lantai 2. kamar cewek itu dibagi menjadi dua, di kamar 203 dan kamar 204. kamar 204 ditempatin oleh dua orang adik tingkatku, sebut aja Jeje dan Sasa.

kegiatan (?) ngehapus make up itu di kamar 203, kamarku dengan temanku, Cici. jadi, setelah dua adek kelasku mengambil baju yang bakal mereka pake buat jalan-jalan, kamar 204 mereka matiin lampunya dan kunci. Sasa yang ngerasa dirinya udah siap, dia izin ke kita cewek yang lain buat nyusulin para cowok di lobby. aku yang kebetulan lagi senderan di balkon di depan kamar, dengan mata kepala sendiri melihat dia jalan ke lobby.

ketika dua orang lainnya sudah siap-siap, aku mulai turun duluan diikutin Jeje dan Cici lagi ngunci pintu kamar 203. sampenya aku di bordes tangga, Jeje nurunin satu-satu anak tangga, dan Cici mulai mau turun, tiba-tiba dari kamar 204 kedengeran suara Sasa.

"Kak..." suara Sasa terdengar jelas memanggil dari kamar 204. aku yang awalnya dengan Jeje sudah ada di tangga mulai mencoba naik lagi ke lantai 2 setelah si Cici menyahut panggilan Sasa.
"yaaa..." sahut Cici. Cici berbalik mengecek kamar 204.
"Sasa kekunci..." suara Sasa makin jelas terdengar. otakku mulai merekam ulang kejadian yang seharusnya janggal ini.

Aku terkesiap. Sepersekian detik mencoba mencerna hal janggal yang terjadi ini. GA MUNGKIN SASA ADA DI KAMAR ITU. DIA, KAN, TADI UDAH TURUN KE LOBBY, DAN GAADA NAIK LAGI!!!

"Jjj... Jee.... tadi, kan, SASA UDAH TURUN DULUAN KE LOBBY!!?" aku berkata sambil terkesiap. Jeje yang juga baru tersadar sesegera mungkin berteriak memperingati Cici.
"Kak Cici, Sasa tadi udah turun ke lobby!!!" teriak Jeje ke Cici.

"Jeje, nihhh..." tiba-tiba suara itu terdengar lagi.

"HAH?!" Cici yang setengah ga percaya, segera berlari turun. mungkin dibenaknya ga percaya ini bakalan terjadi malam ini. kami juga berlomba-lomba lari menuju lobby. menurut laporan Jeje, setelah kita bertiga mencoba turun, dia masih sempat mendengar suara tawa dari kamar 204 itu, kamarnya dengan Sasa.

Hihihihiihihihiiii

benar saja, sesampainya kami di lobby, Sasa. ada. di. lobby. bersama dengan kakak pelatih dan cowok-cowok yang lain.

"Kenapa kalian??!" tanya kakak pelatih, mungkin karena melihat kami lari seperti dikejar setan. memang sebenernya kami mungkin ga dikejar, tapi kami sudah 'berkomunikasi' dengan makhluk tak kasat mata.

......

mungkin sampe situ doang cerita yang bisa aku sampaikan. cerita dimana aku pernah 'berkomunikasi' dengan 'mereka'. mungkin dilain kali bisa berbagi dengan kalian pengalaman horor yang pernah aku alami disini.

sebagai kenang-kenangan, aku moto pintunya doang dari kamar 204 hotel itu. kali aja kalian yang kebetulan pernah atau tiba-tiba pengen bermalam di hotel itu bisa melihat ciri-ciri dari pintu kamarnya. tapi entah, itu sudah hampir 4 tahun yang lalu, mungkin ada sedikit perubahan dari hotelnya, termasuk sama pintu kamarnya.

kamar 204 hotel W.M., Kuala Kapuas, Kab. Kapuas.

wassalamuallaikum warrahmatullahi wabarakatuuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Writing Challenge: A Special Toy Growing Up

Walaupun di beberapa posting -an sebelumnya aku selalu bilang berat menjadi anak pertama di keluarga, tapi aku tetap merasa sangat beruntung berada di dalamnya. Terutama karena almh. Mamah dan juga keluarga dari pihak mamah yang selalu menghujaniku dengan rasa kasih sayang yang luar biasa, bahkan sampai dengan sekarang.   Aku ingat cukup banyak mainan yang kupunya, seperti puzzle , mainan balok KW-annya Lego, Boneka Barbie ,  dan masih banyak lagi. Dari yang dibeli murahan di pedagang mainan asongan, di toko mainan, sampai dengan sebagai oleh-oleh dari luar kota. Masih sangat melekat diingatan waktu itu aku diajak oleh salah satu kaka sepupuku pergi ke town plaza untuk membeli mainan. Usiaku saat itu mungkin masih 4 - 5 tahun. Disitu diajaknya aku memilih mainan sendiri dan pilihan hatiku jatuh pada set mainan peraga masak-masakan. Sampai saat ini aku ingat persis warna panci mainan itu yang berwarna biru tua dilengkapi dengan stiker bergambar makanan berkuah yang banyak wort...

Writing Challenge: Reflect on a Painful Childhood Experience

Aku pernah nyaris menghilangkan nyawaku sendiri... Aku tidak sama sekali ingin menyembunyikan fakta pahit itu. Akan kuberikan sebagai pelajaran bagiku sendiri di kemudian hari. Bahwa menjadi yang pertama adalah bukan segalanya. Kembali lagi pada kenyataan yang sudah kuungkapkan di posting- an sebelumnya, bahwa menjadi anak pertama memang sesulit itu. Banyak tekanan dan banyak tuntutan. Aku yakin semua anak se-Asia merasakan hal yang sama denganku. Dulu, saat aku sangat dituntut untuk selalu mendapatkan peringkat I di sekolah. Aku selalu dituntut untuk belajar yang giat. Sangat wajar sebenarnya. Aku tetap diberi kesempatan untuk main, kok. Tapi, aku diberikan waktu yang ekstra oleh orang tuaku untuk mengenyam ilmu lagi di luar sekolah alias les.   Bahkan saat aku duduk di bangku Taman Kanak - Kanak sudah diberikan bimbingan belajar oleh orang tuaku di tempat tetangga yang kebetulan juga merupakan guru TK (bukan guru TK-ku tapi) selama dua tahun sampai dengan aku duduk di kelas I SD....

Writing Challenge: A Letter to My Younger Self

Hai, Ima Isma Fawzeya Rosida Nama yang sebenarnya sampai sekarang aku sendiri jujur tidak begitu suka. Kenapa harus memulai nama dengan huruf vokal? Huruf "I" pula! Tapi apalah yang harus disesalkan? Bukan aku juga yang memilih. Pada saat aku menuliskan ini untukmu, usia kita adalah 26 tahun! Wah, bagaimana, ya, kamu mendeskripsikan dan memvisualisasikan perempuan berusia 26 tahun kala itu? Coba nanti kasih tau aku, ya! Hai, gadis kecil berambut ikal Aku selalu suka rambut itu. Mamah juga suka rambut itu. Kita pernah sekali melakukan smoothing rambut dan itu menjadi salah satu penyesalan kita seumur hidup! Oh, iya, saat dewasa, rambut kita hampir selalu pendek. Aku sendiri tidak begitu tahan dengan rambut yang terlalu panjang, tidak seperti kamu yang mungkin menyukainya. Tapi kamu sebenarnya sadar, kan, kalau rambutmu itu susah disisir kalau panjang? But, it suits you the most and now the short one suits me the most. so, we need to respect each other decision, right? Hai, s...