Langsung ke konten utama

MA STORY : HORROR TIME - KESURUPAN DI PENUTUPAN MASA ORIENTASI SEKOLAH

assalamuallaikum warrahmatullahi wabarakaatuuh

kembali lagi setelah satu hari setelah posting info ga terlalu penting kemaren. dan, kali ini, balik aku ke sesi MA story : horror time.  langsung aja aku beberkan setelah ini.

......

cerita ini bukan aku pribadi yang mengalaminya. syukurlah, tapi sedikit membuat resahnya adalah kejadian tersebut bener-bener terjadi saat aku ada di lokasi kejadiannya.

kalau benar aku mengingatnya, peristiwa ini terjadi pada tahun 2014, tepatnya di pertengahan tahun, saat aku sudah resmi duduk di bangku kelas XI SMA. yangmana berarti aku sudah punya adik tingkat, lebih tepatnya lagi 'calon' adik tingkat.

memang, belum resmi rasanya kalau calon siswa baru disebut dengan siswa baru kalau belum mengikuti Masa Orientasi Sekolah atau biasa disingkat dengan MOS.

sebenernya aku juga bukan panitia MOS yang dituntut harus selalu ada di sekolah saat kegiatan MOS berlangsung. tapi di hari terakhir, tepatnya di malam penutupan MOS, aku diwajibkan hadir oleh salahsatu guruku, yang jadi pengurus ekskul seni musik dan juga kebetulan pembina MOS tahun itu. aku diminta mengiringi di sesi acara cium bendera. entah sebenernya, aku juga lupa nama istilahnya.

malam itu juga kebetulan aku sedang perkenalan di bimbingan belajar yang letaknya persis di seberang jalan belakang sekolahku. jadi, aku bisa saja berjalan kaki dari bimbel ke sekolah. sesi yang akan aku isi dimulai dari jam 19.30, maka paling lambat aku harus keluar dari bimbel jam 19.00. setelah sudah meminta izin untuk balik duluan karena urusan ini, aku akhirnya keluar dari bimbel kurang lebih waktunya pas dari waktu yang aku targetkan. untungnya, guru bimbel yang kebetulan masuk di kelas perkenalan juga guru yang mengajar di sekolahku dan aku terbilang akrab sejak aku bimbel SD disitu, jadi ngga jadi masalah yang berarti kalo aku izin keluar kelas duluan.

aku berjalan menuju sekolah melewati jalan yang hanya seukuran satu mobil, dan kebetulan jalan itu sepi saat aku melintas, padahal kondisi sekolah rame karena banyak orang. entah kenapa mulai dari aku berjalan menuju sekolah, perasaanku sudah mulai ga enak. apalagi sampai di depan gerbang dan halaman sekolah pun rasanya sepi. satpam yang biasanya berjaga juga kebetulan gaada di pos satpam depan. masuknya aku ke lobby (lobby sekolah juga merupakan lorong masuk dari halaman sekolah ke lapangan sekolah), perasaanku sudah mulai tenang karena melihat banyak peserta da panitia MOS, juga seorang temanku, mungkin lebih pasnya kakak tingkatku yang jadi pengiring musik saat sesi acara yang aku bawa nanti dimulai.

semua kegiatan berlangsung lancar, termasuk sesi acara yang aku iringi. sampai tiba tim marching band mengisi sesi acara hiburan. riuh alat-alat musik benar-benar membuat acara yang awalnya hening itu menjadi pecah, seperti memecah malam.

peristiwa menegangkan dan juga mengerikan itu justru terjadi saat setelah tim marching band keluar dari lapangan dan mengkondisikan diri di halaman depan sekolah. salah satu dari anggota mereka yang perempuan, tiba-tiba diam tidak berkutik, lantas tiba-tiba menangis tersedu-sedu, hingga terdengar teriakan. tim marching band langsung tidak kondusif dan berujung panik.

"EH, EH, EH, TOLONG INIII!!! ADA YANG KESURUPAN!!!"
"TOLONG!!!! KESURUPAN!!!"
"ASTAGHFIRULLAHALADZIIM"

aku yang sempat menilik dari lobby sekolah, lantas ikut gugup. baru pertama kali ini aku melihat kejadian kesurupan, dan bahkan harus sedekat ini. sampai akhirnya pintu lobby ditutup, aku masih bisa mendengar teriakan dan tangisan dari anggota marching band yang juga teman seangkatanku itu.

kejadian itu lantas membuat heboh peserta dan panitia MOS, juga guru-guru yang kebetulan hadir di acara penutupan itu. satu persatu mulai tidak tenang, apalagi jam juga sudah lewat dari jam 20.00. acara juga secepat mungkin dibubarkan. banyak dari peserta MOS menangis karena takut melihat kejadian itu.

aku sempat melihat lebih dekat, saat temanku itu didudukan di kursi lobby. awalnya dia mulai tenang, tapi tiba-tiba dia malah menangis lagi dan pingsan. guruku yang juga kebetulan 'bisa' melakukan rukiyah, berkata dia sedikit kewalahan karena (katanya) jin yang masuk kedalam tubuh temanku cukup kuat, termasuk susah dikeluarkan, tapi sangat mudah untuk masuk kembali ke tubuh 'perantaranya'. akhirnya, temanku itu berujung masuk ke Rumah Sakit dan kabar tersebut cepat menyebar di kalangan siswa sekolah sampai beberapa hari setelah kejadian itu terjadi.

dari cerita yang aku dengar, dan entah bubuhan-bubuhan gosip yang beredar, yang sebenarnya masih diragukan kebenarannya, tapi seenggaknya harus diwaspadai, kalau ternyata ada 'penunggu' di depan UKS dan penunggu itu senang menari. tim marching band preparing cukup lama di lorong dekat UKS, kemungkinan besar jin yang merasuki temanku itu adalah penunggu dari UKS yang sudah mengikutinya sampai acara perlahan selesai. kabar lain yang juga engga lepas dari cerita kesurupan yang terjadi dengan temanku itu adalah beberapa jam sebelum kejadian itu ternyata ada dua orang perempuan, satu orang panitia dan satu orang peserta MOS perempuan yang sudah mulai mendapatkan tanda-tanda diikuti bahkan tanda-tanda sudah 'ditempeli', semuanya engga luput dari kabar sebelumya mereka sempat mendatangi UKS.

......

mungkin sampai situ untuk pengalaman horor yang pernah terjadi disekelilingku. terima kasih dan sampai jumpa di postingan selanjutnya.

wassalamuallaikum warrahmatullahi wabarakaatuuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Writing Challenge: A Special Toy Growing Up

Walaupun di beberapa posting -an sebelumnya aku selalu bilang berat menjadi anak pertama di keluarga, tapi aku tetap merasa sangat beruntung berada di dalamnya. Terutama karena almh. Mamah dan juga keluarga dari pihak mamah yang selalu menghujaniku dengan rasa kasih sayang yang luar biasa, bahkan sampai dengan sekarang.   Aku ingat cukup banyak mainan yang kupunya, seperti puzzle , mainan balok KW-annya Lego, Boneka Barbie ,  dan masih banyak lagi. Dari yang dibeli murahan di pedagang mainan asongan, di toko mainan, sampai dengan sebagai oleh-oleh dari luar kota. Masih sangat melekat diingatan waktu itu aku diajak oleh salah satu kaka sepupuku pergi ke town plaza untuk membeli mainan. Usiaku saat itu mungkin masih 4 - 5 tahun. Disitu diajaknya aku memilih mainan sendiri dan pilihan hatiku jatuh pada set mainan peraga masak-masakan. Sampai saat ini aku ingat persis warna panci mainan itu yang berwarna biru tua dilengkapi dengan stiker bergambar makanan berkuah yang banyak wort...

Writing Challenge: Reflect on a Painful Childhood Experience

Aku pernah nyaris menghilangkan nyawaku sendiri... Aku tidak sama sekali ingin menyembunyikan fakta pahit itu. Akan kuberikan sebagai pelajaran bagiku sendiri di kemudian hari. Bahwa menjadi yang pertama adalah bukan segalanya. Kembali lagi pada kenyataan yang sudah kuungkapkan di posting- an sebelumnya, bahwa menjadi anak pertama memang sesulit itu. Banyak tekanan dan banyak tuntutan. Aku yakin semua anak se-Asia merasakan hal yang sama denganku. Dulu, saat aku sangat dituntut untuk selalu mendapatkan peringkat I di sekolah. Aku selalu dituntut untuk belajar yang giat. Sangat wajar sebenarnya. Aku tetap diberi kesempatan untuk main, kok. Tapi, aku diberikan waktu yang ekstra oleh orang tuaku untuk mengenyam ilmu lagi di luar sekolah alias les.   Bahkan saat aku duduk di bangku Taman Kanak - Kanak sudah diberikan bimbingan belajar oleh orang tuaku di tempat tetangga yang kebetulan juga merupakan guru TK (bukan guru TK-ku tapi) selama dua tahun sampai dengan aku duduk di kelas I SD....

Writing Challenge: A Letter to My Younger Self

Hai, Ima Isma Fawzeya Rosida Nama yang sebenarnya sampai sekarang aku sendiri jujur tidak begitu suka. Kenapa harus memulai nama dengan huruf vokal? Huruf "I" pula! Tapi apalah yang harus disesalkan? Bukan aku juga yang memilih. Pada saat aku menuliskan ini untukmu, usia kita adalah 26 tahun! Wah, bagaimana, ya, kamu mendeskripsikan dan memvisualisasikan perempuan berusia 26 tahun kala itu? Coba nanti kasih tau aku, ya! Hai, gadis kecil berambut ikal Aku selalu suka rambut itu. Mamah juga suka rambut itu. Kita pernah sekali melakukan smoothing rambut dan itu menjadi salah satu penyesalan kita seumur hidup! Oh, iya, saat dewasa, rambut kita hampir selalu pendek. Aku sendiri tidak begitu tahan dengan rambut yang terlalu panjang, tidak seperti kamu yang mungkin menyukainya. Tapi kamu sebenarnya sadar, kan, kalau rambutmu itu susah disisir kalau panjang? But, it suits you the most and now the short one suits me the most. so, we need to respect each other decision, right? Hai, s...