Langsung ke konten utama

JUST INFO : (Not) A Big Project

Assalamuallaikum Warrahmatullahi Wabarakatuuh...

selamat malem, readers. entah ini sudah bisa disebut malam apa belum. gimana puasanya?? lancar, kan, sampai udah hari segini. gak kerasaan lebaran sebentar lagi. tapi entah kenapa jujur, sama kayak beberapa pendapat temen-temen kuliah, bahwa aku kurang merasakan adanya Ramadhan Vibes. entah juga mungkin karena mostly di ramadhan tahun ini aku isi buat nugas sana-sini, deadline sana-sini, laporan, and anything yang bikin isi kepala+perut pengen keluar semua.

well, lupakan tugas, lupakan semester 4, and lupakan IPK sejenak :). lebaran is near, marilah isi waktu dengan kumpul keluarga dan menghabiskan sisa ramadhan dengan persiapan lebaran dan lain-lain.

okey, berhubung sekarang saya sedang tidak sholat tarawih, maka saya akan revealed about my new project or it can't be mention as project either. it's about Running Man as always, dan project yang akan aku tulis disini adalah : NGEDATE ala RUNNINGMAN.

aku ga nyaranin buat pacaran atau apapun, deh, ya, karena sebaiknya jangan. tapi istilah dating kalo menurut sisi aku bisa dilakukan oleh pasangan yang sudah jadi mahram alias nikah. atau tips ini bisa kalian curi idenya buat have fun bareng teman-temen.

kenapa ga langsung kasih judul project-nya 'TIPS HAVE FUN ala RUNNINGMAN'? mungkin bisa, bisa banget. cuman yang aku pengen adalah nunjukkin bahwa ada sisi romantis di RUNNINGMAN dan RUNNINGMAN ga melulu soal lucu dan petualangan.

Am I married yet? Unfortunately not yet. tapi kadang tujuan aku posting di blog ini adalah supaya satu saat aku bisa melakukan hal-hal yang sebenernya pengen aku lakuin dari dulu, cuman kadang waktu dan kondisinya kadang belom pas. jadilah blog adalah sebagai wadah untuk menampung to-do-list ku sekarang, buat diwujudin nantinya :).

entah paling lama adalah h+2 lebaran baru aku bisa posting karena, you know kan ini lebaran sebentar lagi, orang rumah udah pada repot belanja, bersih-bersih, bikin kue, dan lain-lain, jadi sudah wajib hukumnya untuk bantu-bantu, sekalian mungkin bisa ngurangin dikit lah lemak badan wkwkwk.

okay, see you soon.

wassalamuallaikum warrahmatullahi wabarakatuuh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MA STORY : BRENGSEL - SECUIL SEJARAH PENGINGGALAN KOLONIAL BELANDA DI KOTA SAMPIT

assalamuallaikum warrahmatullahi wabarakaatuuh... selamat pagi, readers sekalian! jumpa lagi di halaman blog ini dengan posting -an baru. setelah posting -an sebelumnya aku nge- review salahsatu film yang baru-baru aja aku tonton, Believer , sekarang aku mau cerita sedikit, nih, tentang salah satu peninggalan sejarah dari zaman kolonial Belanda di kota Sampit. Brengsel. memasuki semester dengan kelas desain berada pada puncaknya, menuntunku untuk lebih serius mendalami isu dari lingkungan yang akan kudesain kedepannya. tidak perlu lama mencari, aku tiba-tiba teringat dengan eks Brengsel yang pernah kudatangi saat matakuliah Sejarah dan Teori Arsitekur. hingga akhirnya, aku memutuskan pulang lagi ke rumah untuk mendapatkan informasi-informasi lebih lanjut mengenai tapak yang kupilih. sejujurnya, aku tidak akan pernah tau kalau ada sisa peninggalan berupa bangunan dari zaman kolonial Belanda di kota Sampit, kalo aja aku tidak masuk kuliah arsitektur di UB. dan, aku yak...

Writing Challenge: A Special Toy Growing Up

Walaupun di beberapa posting -an sebelumnya aku selalu bilang berat menjadi anak pertama di keluarga, tapi aku tetap merasa sangat beruntung berada di dalamnya. Terutama karena almh. Mamah dan juga keluarga dari pihak mamah yang selalu menghujaniku dengan rasa kasih sayang yang luar biasa, bahkan sampai dengan sekarang.   Aku ingat cukup banyak mainan yang kupunya, seperti puzzle , mainan balok KW-annya Lego, Boneka Barbie ,  dan masih banyak lagi. Dari yang dibeli murahan di pedagang mainan asongan, di toko mainan, sampai dengan sebagai oleh-oleh dari luar kota. Masih sangat melekat diingatan waktu itu aku diajak oleh salah satu kaka sepupuku pergi ke town plaza untuk membeli mainan. Usiaku saat itu mungkin masih 4 - 5 tahun. Disitu diajaknya aku memilih mainan sendiri dan pilihan hatiku jatuh pada set mainan peraga masak-masakan. Sampai saat ini aku ingat persis warna panci mainan itu yang berwarna biru tua dilengkapi dengan stiker bergambar makanan berkuah yang banyak wort...

Writing Challenge: Reflect on a Painful Childhood Experience

Aku pernah nyaris menghilangkan nyawaku sendiri... Aku tidak sama sekali ingin menyembunyikan fakta pahit itu. Akan kuberikan sebagai pelajaran bagiku sendiri di kemudian hari. Bahwa menjadi yang pertama adalah bukan segalanya. Kembali lagi pada kenyataan yang sudah kuungkapkan di posting- an sebelumnya, bahwa menjadi anak pertama memang sesulit itu. Banyak tekanan dan banyak tuntutan. Aku yakin semua anak se-Asia merasakan hal yang sama denganku. Dulu, saat aku sangat dituntut untuk selalu mendapatkan peringkat I di sekolah. Aku selalu dituntut untuk belajar yang giat. Sangat wajar sebenarnya. Aku tetap diberi kesempatan untuk main, kok. Tapi, aku diberikan waktu yang ekstra oleh orang tuaku untuk mengenyam ilmu lagi di luar sekolah alias les.   Bahkan saat aku duduk di bangku Taman Kanak - Kanak sudah diberikan bimbingan belajar oleh orang tuaku di tempat tetangga yang kebetulan juga merupakan guru TK (bukan guru TK-ku tapi) selama dua tahun sampai dengan aku duduk di kelas I SD....