Langsung ke konten utama

REVIEW BUKU : BEGU GANJANG

assalamuallaikum warrahmatullahi wabarakatuuh

selamat malem, readers.

balik lagi setelah aku keisengan posting ceritaku wuehehehe. itu cerita sebenernya udah lama aku ketik. tapi berhubung aku ga terlalu demen kalo misalnya ada draft yang kesimpen, jadi aku segerakan posting dan jadilah feed-nya yang ga seharusnya.

nah, kali pertama ini, aku pengen bahas tentang novel yang galama ini aku beli, dua hari sebelum balik ke rumah. novel yang awalnya bikin aku dikit sedih karena kukira aku udah kehabisan. soalnya di raknya gaada :') ternyata ada, dan harusnya bener-bener di depan mata. BEGU GANJANG. 

Image result for novel begu ganjang
https://bukune.com/wp-content/uploads/2018/01/begu-ganjang.jpg
kenapa aku bener-bener ngincer novel ini? karena novel ini diterbitin dari penerbit favoritku, Bukune. novel horor yang ga bersambung (?) setelah sekian lama novel horor dengan konsep yang sama diterbitin oleh Bukune. maksudnya yang bersambung kayak series yang ditulis oleh Risa Saraswati, Danur, Rasuk, Maddah, dll.

REVIEW BUKU NOVEL BEGU GANJANG

1) INFORMASI UMUM BUKU NOVEL 

Judul Novel : BEGU GANJANG
Penulis : Ferdiriva Hamzah
Penerbit : Bukune
Genre : Horor
ISBN : 978-602-220-252-3
Cetakan : I (pertama)
Tahun : Januari 2018

2) SINOPSIS

"Tak ada yang tidak bisa dijelaskan Tobi, seorang dokter muda, tentang fenomena-fenomena gaib yang terjadi di sekitarnya. secara medis, lewat channel Youtube-nya, ia dapat membeberkan apa yang sebenarnya terjadi ketika orang kesurupan, ketindihan, bahkan melihat penampakan. Baginya, hantu itu muncul dari ketidaktahuan orang dulu akan penyakit parah yang terjangkit mereka. Tobi menolak percaya mistis.

Namun, kejadian ganjil perlahan menyerang orang-orang terdekatnya. Membuat Tobi harus berpikir keras dan merenungkan ulang apa yang diyakininya selama ini. Semakin ia mencari tahu, semakin ingatan-ingatan masa kecilnya menyeruak. Ingatan akan orangtuanya yang dibakar hidup-hidup karena dituduh sebagai dukun pemelihara begu."

3) REVIEW BUKU

Novel ini bener-bener rapi dalam menjelaskan cerita horor yang diliat dari sudut pandang seorang dokter. beberapa pembahasan yang dituliskan di dalam novel sangat menarik dan bener-bener bisa diterima oleh logika zaman sekarang, bahwa beberapa hal mistis dapat dijelaskan secara ilmu pengetahuan.
Kelebihan : 1) tahapan setiap satu chapter ke chapter selanjutnya cukup rapi. pembaca (saya) tidak dibuat bingung apabila dalam cerita akan dilakukan flashback; 2) penjelasan dalam istilah-istilah unknown lumayan memadai dan jelas, jadi pembaca tidak dibuat bingung oleh istilah-istilah yang kurang familiar di telinga, misalnya istilah-istilah dalam dunia kedokteran; 3) Dalam mengangkat adat dan budaya daerah dalam cerita benar-benar totalitas, mulai dari panggilan (ayah, ibu, dsb), sampai kebiasaan; 4) banyak informasi tentang mitos dan pola pikir orang zaman dahulu yang bisa diterangkan dan diperjelas oleh ilmu pengetahuan; 5) cerita yang dijelaskan tidak terlalu ngeri, jadi bisa dibaca oleh pemula (pembaca novel horor) yang masih takut-takut mencoba membaca novel horor; 6) novel yang singkat dan padat, tapi sangat bisa dimengerti; 7) cover minimalis, tapi bisa menarik calon pembaca.

Kekurangan : 1) Epilog yang kurang 'berasa'; 2) Terdapat banyak kalimat yang menjelaskan tentang jenis begu (hantu) berulang-ulang; 3) bagi saya, kurang ngeri; 4) ending terlalu 'gantung'; 5) warna judul (merah darah) di cover terlalu nge-blend dengan warna buku (hitam), jadi sulit terbaca, apalagi jika buku dalam book store ditaroh di rak yang cukup minim cahaya/ketutupan sama rak-rak yang lebih besar.

4) KESIMPULAN

Jadi, buku ini termasuk buku novel horor yang worth it untuk dibeli dan dibaca, terutama buat kalian yang baru memulai pengen baca novel horor tapi dengan level kesereman yang ga terlalu serem-serem banget. Buku yang bisa kasih informasi lebih selain status dia sebagai novel horor. Tapi, jangan heran kalo kalian masuk bookstore tapi kalian cukup kesulitan nyari buku ini, karena judul bukunya terlalu 'tenggelam' sama warna bukunya. Jadi, judulnya itu kayak kasih efek shining gitu. Entah apa istilahnya, yang jelas judul novel baru bisa kebaca jelas kalo ada cukup cahaya yang nerangin buku itu.
Isi (Konten) Novel : 4.5/5
Cover Novel : 3/5

Itu dulu, readers, buat review buku/novel yang aku buat. mohon maaf apabila dalam penataan atau aturan dalam penulisan review masih salah dan kurang sesuai dengan yang udah dipelajari di sekolah, karena maklum udah lupa :'). komentar dan saran diterima dengan senang hati.

wassalamauallaikum warrahmatullahi wabarakatuuh 
 

Komentar

  1. Review yang menarik , saya juga tertarik buat baca buku ini... kayaknya bagus :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih, kak, sudah mampir di blogspot ini :D review yang saya berikan sekedar pendapat yang bisa dijadikan sebagian sebagai acuan, banyak sisanya kembali lagi ke pendapat pembaca. selamat menikmati isi bukunya, kak!!! 😁

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Writing Challenge: A Special Toy Growing Up

Walaupun di beberapa posting -an sebelumnya aku selalu bilang berat menjadi anak pertama di keluarga, tapi aku tetap merasa sangat beruntung berada di dalamnya. Terutama karena almh. Mamah dan juga keluarga dari pihak mamah yang selalu menghujaniku dengan rasa kasih sayang yang luar biasa, bahkan sampai dengan sekarang.   Aku ingat cukup banyak mainan yang kupunya, seperti puzzle , mainan balok KW-annya Lego, Boneka Barbie ,  dan masih banyak lagi. Dari yang dibeli murahan di pedagang mainan asongan, di toko mainan, sampai dengan sebagai oleh-oleh dari luar kota. Masih sangat melekat diingatan waktu itu aku diajak oleh salah satu kaka sepupuku pergi ke town plaza untuk membeli mainan. Usiaku saat itu mungkin masih 4 - 5 tahun. Disitu diajaknya aku memilih mainan sendiri dan pilihan hatiku jatuh pada set mainan peraga masak-masakan. Sampai saat ini aku ingat persis warna panci mainan itu yang berwarna biru tua dilengkapi dengan stiker bergambar makanan berkuah yang banyak wort...

Writing Challenge: Reflect on a Painful Childhood Experience

Aku pernah nyaris menghilangkan nyawaku sendiri... Aku tidak sama sekali ingin menyembunyikan fakta pahit itu. Akan kuberikan sebagai pelajaran bagiku sendiri di kemudian hari. Bahwa menjadi yang pertama adalah bukan segalanya. Kembali lagi pada kenyataan yang sudah kuungkapkan di posting- an sebelumnya, bahwa menjadi anak pertama memang sesulit itu. Banyak tekanan dan banyak tuntutan. Aku yakin semua anak se-Asia merasakan hal yang sama denganku. Dulu, saat aku sangat dituntut untuk selalu mendapatkan peringkat I di sekolah. Aku selalu dituntut untuk belajar yang giat. Sangat wajar sebenarnya. Aku tetap diberi kesempatan untuk main, kok. Tapi, aku diberikan waktu yang ekstra oleh orang tuaku untuk mengenyam ilmu lagi di luar sekolah alias les.   Bahkan saat aku duduk di bangku Taman Kanak - Kanak sudah diberikan bimbingan belajar oleh orang tuaku di tempat tetangga yang kebetulan juga merupakan guru TK (bukan guru TK-ku tapi) selama dua tahun sampai dengan aku duduk di kelas I SD....

Writing Challenge: A Letter to My Younger Self

Hai, Ima Isma Fawzeya Rosida Nama yang sebenarnya sampai sekarang aku sendiri jujur tidak begitu suka. Kenapa harus memulai nama dengan huruf vokal? Huruf "I" pula! Tapi apalah yang harus disesalkan? Bukan aku juga yang memilih. Pada saat aku menuliskan ini untukmu, usia kita adalah 26 tahun! Wah, bagaimana, ya, kamu mendeskripsikan dan memvisualisasikan perempuan berusia 26 tahun kala itu? Coba nanti kasih tau aku, ya! Hai, gadis kecil berambut ikal Aku selalu suka rambut itu. Mamah juga suka rambut itu. Kita pernah sekali melakukan smoothing rambut dan itu menjadi salah satu penyesalan kita seumur hidup! Oh, iya, saat dewasa, rambut kita hampir selalu pendek. Aku sendiri tidak begitu tahan dengan rambut yang terlalu panjang, tidak seperti kamu yang mungkin menyukainya. Tapi kamu sebenarnya sadar, kan, kalau rambutmu itu susah disisir kalau panjang? But, it suits you the most and now the short one suits me the most. so, we need to respect each other decision, right? Hai, s...